Minggu, 15 Juli 2018

Jangan Salah Pakai Lensa Mata

Seperti tidak cukup waktu semalaman untuk menggumulkan tembok yang tak semampai ini. Tak tinggi, tapi mengapa terlalu menghalangiku untuk bergerak maju. Oh ya, Aku sadar.. tembok itu terbuat dari perasaan, bukan sepenuhnya dari gajad raya. Itu, yang akhirnya menjadikan Aku bertambah kerdil menatapnya yang tampak semakin menjulang.

Aku ingat bahwa waktu sudah cukup jauh berjalan di sampingku yang terus berusaha percaya bahwa waktu tidak akan mengkhianatiku. Waktu berhasil membuatku kembali bebesar hati sesaat.. hanya sesaat.. Seperti memberikan harapannya yang semu.


Aku sadar bahwa tidak seharusnya aku melihat tembok itu dengan hatiku, karena jelas, tembok itu terbangun dari bahan perasaan yang Aku siapkan sendiri. Bodoh jika melihatnya dari dengan kacamata berlensakan perasaan.

Pada akhirnya waktu menjadi jawaban yang paling jujur walau harus lama menunggu jawabnya, tapi setidaknya dia selalu jujur ketika yang lain hanya memberi jawaban abu-abu.. samar..

Tembok itu harusnya wajar, itu harusnya hanyalah kerikil kecil yang tak seharusnya menyandung langkah ku. Aku hanya terlalu sibuk mengkhawatirkan "Siapa yang sengaja menaruhnya disana?" atau "Siapa yang sedang berusaha menjatuhkanku?" . Berprasangka buruk, menerka siapa dalang dibalik semua ini yang menjadikan Aku selalu siaga. Melelahkan batin saja.

Mas-mas optik selalu menyarankan Aku untuk menggunakan lensa yang sesuai dengan ukuran silinder mata yang tak seragam kanan dan kirinya. Jangan yang lebih kecil atau jangan yang lebih tinggi, karena itu akan memperburuk keadaan mata.

Mungkin ada korelasinya. Gunakan lensa yang tepat. Gunakan sudut pandang yang tepat. Itu penting.

Salam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar