Tidak lagi mampu dihitung berapa tetes air mata yang jatuh, berapa bekas luka yang sudah terlukis di kanvas hati, berapa banyak maaf yang harus diberi meski tak pernah diminta, dan berapa banyak kehilangan setelah dia datang lalu pergi entah kemana lagi.
Pencarianku seakan tidak pernah berarti, dunia lain selalu dipilihnya tepat di depan mataku, tidak sekali, itu berulang kali.. Aku selalu kalah di garis finish, aku selalu berusaha berlari menuju finish, tetapi juri selalu memilih orang lain sebagai pemenang.. aku selalu menjadi penonton kebahagian dia dengan pemenang yang dia pilih, tetapi aku selalu menjadi pejuang ketika tidak ada lagi orang yang mau berlari untuknya.
Semua air mata itu, semua luka itu, seakan tidak pernah mampu membuat aku berhenti mencari sesuatu yang tidak pernah ingin di temukan olehku, mencari sesuatu yang jika ku temukan sudah pasti akan membuat luka yang baru lagi untuk ku.
"Ini kemustahilan besar buatku" ucapku dulu untuk membuat aku berhenti mencari. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menguburkan dalam-dalam apa yang sebenarnya sudah tumbuh di dalam hati, pikiran, dan hidupku. Menguncinya rapat-rapat dengan mengingat semua air mata dan luka yang sudah menggerogotiku selama ini.
Aku menghilang, dia menghilang.. dan mungkin cinta ini pun ikut hilang, pikirku..
Hingga pada satu titik, dia kembali hadir dalam mimpiku, sekilas.. namun itu sangat membekas hingga membuatku terbangun, dan tidak pernah bisa melupakan wajahnya di mimpi itu sepanjang hari. "Apa yang sedang terjadi dengan dia?" aku berbicara di dalam hatiku, berusaha mengerti maksud kehadirannya dalam mimpi ku yang begitu tiba-tiba setelah sekian lama kami menghilang.
Yahh, kembali maaf yang tidak diminta itu aku berikan meski tak pernah sekalipun ia minta, kembali aku pergi mencari, kembali aku menanggalkan keegoisan dan sakit hatiku untuk mencari, memastikan dia baik-baik saja.. dan dia tidak baik-baik saja disana, dia butuh aku, dan aku tau hanya aku yang mampu dan bersedia untuk memberikan pundak ku untuk dia memanjat naik keatas.
Namun kali ini aku berbicara keras pada hati dan pikiranku, "Ingat, ini kemustahilan.. jangan pernah buka kunci apa yang sudah kamu kubur dalam-dalam sebelumnya, ini hanya akan berakhir sama seperti yang dulu-dulu, ini hanya akan berakhir luka jika kamu tidak menjaga hatimu".. Yahh, itu cukup efektif untuk membentengi hatiku dari kenangan masa lalu, dari cinta yang tidak pernah menjadi kebahagian seperti seharusnya cinta.
Aku menatapnya semu, tidak lagi dengan binar bintang yang bercahaya terang seperti dulu aku melihatnya, aku menghindar dari kebiasaan yang biasa kami lakukan, aku menutup sisi diriku yang lain, aku menjadi orang lain.. dan aku pikir kali ini aku akan berhasil membiarkannya berlalu tanpa ada air mata lagi, tanpa ada luka yang baru lagi..
Namun, ketika waktunya dia harus pergi, dia justru tetap disana.. "Ahhh, mungkin sebentar lagi".. Lalu ketika tiba lagi saatnya untuk pergi, dia masih tetap disana.. "Mungkin besok".. Aku memastikan bahwa dia akan tetap pergi..
Semakin aku meyakinkan hatiku bahwa dia akan tetap pergi, semakin dia tetap ada disana, hingga akhirnya kunci itu sedikit demi sedikit terbuka.. Aku kembali takut dia pergi meskipun aku tau dia akan pergi..
Satu malam yang dingin, hujan.. dimana setiap malam terasa hangat karna aku mampu melihatnya selalu ada disisi ku.. malam itu terasa jelas berbeda, malam itu sangat dingin tanpa dia.. dan kembali.. aku pergi mencarinya, memastikan kalau dia masih disana.. tapi ternyata, dia hilang, dia tidak ada lagi.. dia kembali mengabaikan ku.. "Tuhan, aku kehilangan dia lagi.. dia pergi lagi.. dan aku rindu dia lagi Tuhan.. Tolong sampaikan bahwa aku rindu dia"..
Seketika waktu berhenti, hujan semakin deras seakan mengerti hatiku, dan.. air mata ini kembali jatuh, luka itu kembali tergores.. aku kembali kecewa.. kecewa pada sesuatu yang aku sudah tau akan terjadi seperti ini.. Aku kembali menjadi orang bodoh..
"Aku pasrah Tuhan.. aku terima".. Aku membaringkan diri, menyembunyikan air mataku yang tidak ingin berhenti..
Lalu... Handphone ku berbunyi kecil.. Tanda bahwa ada chat whatsapp masuk.. Aku rusuh mencari handphone ku yang entah ku taruh dimana..
"Km dimana?" .. Singkat, tapi itu seperti seloki air putih yang mampu menghapus hausku yang sudah terisak sepanjang malam..
"Aku di rumah"
"Maaf, tadi aku lagi ngumpul sama teman-teman, ini udah mau pulang"
"Iya gpp, hati-hati dijalan"
"Ketemu yuk"
Tuhan, apakah kali ini Kau benar-benar mendengar doaku? Apakah kali ini dia benar-benar tidak menghilang lagi?..
Iya, dia tetap disana, dia tidak menghilang lagi.. Dia selalu disana.. hingga semua kemustahilan itu menjadi kenyataan, hingga cinta ini berubah menjadi kebahagian yang berbalas, hingga aku bisa merasakan dekapannya yang hanya ku dapat dalam hayalan ku dulu.
"Pada akhirnya ini berujung indah, pada akhirnya aku menemukan cinta yang selama ini tidak pernah ku dapat, pada akhirnya aku bersama dia.. benar-benar bersama dia".
Tapi sayangnya.. kebahagia ini tidak menjadikan semuanya menjadi mudah, menjadi mulus tanpa ada luka dan air mata lagi.. luka itu kembali tergores, air mata ku kembali menetes, dan bahkan luka dimasa lalu kembali terbuka.. aku kembali merasa ini sulit.. cinta ini sulit.. mencintainya saja itu sangat sulit, kenapa untuk berada disisinya juga sangat sulit..
Aku seperti selalu menjadi korban, menjadi kambing hitam, menjadi sasaran yang selalu disalahkan, bukan oleh dia, tapi oleh dunia yang terbentuk akibat kami dulu terlalu takut memutuskan. Cemoohan selalu ku terima dari dulu bahkan hingga sekarang, namun aku tidak pernah mendapat kesempatan untuk membela diri, atau bahkan berkata sedikit saja untuk menjelaskan apa yang ku rasa, apa yang ku alami lebih sakit dari apa yang mereka rasakan.. tapi semua tidak pernah tersampaikan.. aku diam.. bahkan aku diam pun, aku tetapi di maki, aku tetap dikutuk, aku tetap dibenci..
Apakah suatu kesalahan mencintai dia? Dimana letak salahnya cintaku ini? Bukan kah aku hanya mendapatkan sesuatu yang seharusnya menjadi milikku?
Tetapi, kenapa aku di benci? padahal aku sudah rela menjadi tokoh yang selalu menyalurkan tanganku ketika dia membutuhkan bantuan, dan selalu menjadi tokoh yang terabaikan ketika dia bahagia bersama dunianya yang lain?
Bukan kah mereka telah mendapat kesempatan untuk memiliki dia sepenuhnya? menjadikan dia orang yang lebih baik? tetapi pada akhirnya mereka tidak mampu membuatnya bertahan disisi mereka..
Lalu sekarang, ketika tiba waktu ku, ketika aku menjadi orang terakhir yang bahkan harus membereskan banyak hal yang disebabkan dengan dunianya dulu.. menjadi orang yang mendapatkan sedikit dibandingkan dengan apa yang mereka dapatkan dulu, menjadi orang yang harus sabar menunggu.. tapi tetap saja, aku dibenci..
Apakah memang sesulit itukah untuk mencintainya? Apakah aku setidak layak itu untuk mencintainya hingga dunia begitu membenci ku? Apakah cinta ini akan benar-benar berujung indah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar