Ahh.. Kembali tembok itu menghadang langkahmu, tembok yang berbahankan dari perasaan yang Kau siapkan sendiri, dengan sadarnya..
Butuh waktu yang lama untuk akhirnya bisa menerima, menyadari dengan seutuhnya bahwa ada yang salah.. Terlalu sering menyangkalnya hanya membuatnya semakin buruk.. Mengabaikan, menyangkal, sama hal seperti Kau sedang memberinya makan, memupuknya, menyiraminya.. Dan jelas, Dia bertumbuh dengan pesat, semakin besar dan semakin besar..
Yaa.. Kau terlalu sering menilai sesuatu dari sudut pandang hatimu, Rasamu.. Sekalipun rasionalmu ikut bicara, namun tetap saja, Ciptamu akan selalu kalah dengan Rasamu.. Rasamu selalu berhasil mendominasi dalam diskusi atau perdebatan yang terjadi.. Dan tentu, hal itu juga berdampak pada keputusan Karsamu.
"Kau lebay sekali, non!"
Hening.. Seakan-akan Kau sedang berorasi dengan lantangnya, dengan gagahnya, lalu kemudian seseorang ditengah kerumunan yang sedang mendengarkanmu saat itu memotong orasimu hanya dengan kalimat pendek dan dengan tekanan nada yang datar "Ahh.. Kau lebay sekali".. Hatimu kecentok, Kau terdiam dan tak bisa berkata apa-apa. Tertunduk malu, dan turun dari panggung, dan kemudian menyesali apa yang sudah Kau lakukan..
Tepat seperti itu, ketika Rasamu terlalu menguasaimu, Ciptamu kalah.. dan akhirnya, Karsamu bertindak sesuai dengan apa yang Rasamu katakan.. Jatuhnya ya pasti lebay.. Dan setelah semuanya terjadi, akhirnya penyesalan datang.. "Bodohnya Aku, kenapa aku harus bicara seperti itu, kenapa Aku melakukan hal itu"..
Tidak cukup sampai disitu, ketika Rasamu terlalu mendominasi yang terjadi adalah Kau jelas kehilangan rasionalmu.. Apa-apa Kau timbang dengan Rasamu.. Kau jadi BAPER (read: Bawa Perasaan).. Kau jadi sensitif, tidak objektif, cenderung minder, lalu kemudian mudah berburuk sangka.. dan ujung dari semua itu Kau jadi takut dipandang buruk oleh orang lain, Kau jadi terintimidai dengan dirimu sendiri..
Contoh, ketika di kantor Kau akrab dengan rekan kerjamu, atau pimpinanmu, lalu suatu ketika muncul suatu yang masalah didalam internal perusahaan tempat Kau bekerja yang dimana hal itu menyebabkan perubahan iklim dikantor, rekan kerjamu atau pimpinanmu itu bertindak, mengambil keputusan atau menyebabkan perubahan sikap yang cukup signifikan terhadap situasi tersebut, lalu dengan bodohnya Kau berpikir "Ahhh, jangan-jangan dia marah sama aku" , "Ahhh, jangan-jangan dia udah ga mau berteman denganku" dan masih banyak lagi pikiran negatif yang bermunculan.
Come on, ini yang terjadi jika Kau mengataskan Rasamu didalam segala kondisi.. Kau baper.. Bukankah Kau seharusnya rasional? Apa yang mereka lakukan adalah bentuk profesionalisme mereka.. Mereka tidak mencampur adukan urusan pribadi dengan pekerjaan mereka.. Tapi Kau justru sibuk mengurusi Rasamu yang kecewa, yang sedih, yang memikirkan hal-hal buruk, baper, lalu kemudian berencana untuk mengundurkan diri dari kerjaanmu karena perubahan tersebut..
Ohh men.. Kau lembek sekali.. Sadar, tidak semua hal harus Kau nilai dengan Rasamu.. Seimbangkan dengan Ciptamu, rasionalmu.. Ke-baper-an-mu hanya membuatmu mudah terombang-ambingkan oleh situasi..
Kontrol dirimu.. Jangan sampai Kau dikuasi oleh Rasamu.. Kau adalah Nahkoda dari kapal kehidupanmu. Jangan sampai Kau karam hanya karena Kau baper, mengapa ombak menghantam kapalmu, lalu Kau meninggalkan kemudi kapalmu, menangisi keadaan sepanjang malam disudut kamar.. dan akhirnya, Kau karam, Kau tenggelam..
Salam
Mantap. Dalam juga kalimat2 nya
BalasHapusMakasih gan.. Semoga bermanfaat..
Hapus