Di suatu hari yang sedang hujan deras, tiba-tiba aku merenungkan sesuatu
yang akhir-akhir ini sering mengganggu pikiran ku.. di temani dengan alunan musik yang lembut semakin menambah sendunya suasana sore ini :)
Aku mulai sering mempertanyakan apakah yang selama ini aku lakukan itu
benar? Apakah semua kesibukanku selama ini tepat? Apakah aku memang harus
sepanatik ini? Apakah waktu yang aku kasih, tenaga yang aku kasih, bahkan
pikiran yang aku kasih selama ini tepat sesuai dengan porsinya?
Apakah memang ini yang Tuhan mau? Apa memang harus seperti ini kita
hidup? Apakah kita yang justru salah mengartikan maksud Tuhan?
Terkadang kita suka cepat menyimpulkan bahwa apa yang terjadi, apa yang
kita alami, apa yang kita lihat, apa yang kita pikirkan, apa yang kita rasakan
adalah rencana dan kehendak Tuhan di dalam kehidupan kita..
Apakah memang benar seperti itu?
Atau jangan-jangan itu cuma bentuk kita membela diri agar apa yang kita
lakukan itu terlihat benar?
Aku pernah baca caption di salah satu postingan instagram teman aku..
inti captionnya tu gini:
“Jangan menganggap semua hal yang terjadi di dalam kehidupan kita itu adalah kehendak Tuhan, karena ada hal-hal yang terjadi didalam hidup kita adalah akibat ulah kita sendiri.”
Yah kurang lebih begitulah kalimatnya, karena pas barusan aku buka instagramnya buat copy captionnya ternyata uda di hapus.. hiks hiks hiks
Tapi apa yang aku coba tekankan itu bahwa apa yang terjadi di dalam
hidup kita itu ga semuanya karna Kehendak Tuhan. Karna kehendak dan rencana
Tuhan itu adalah rancangan damai sejahtera. Tapi kalo itu bukan damai
sejahtera, masa kita mau bilang dengan enaknya kalo itu kehendak Tuhan? Bisa aja
itu adalah akibat atau dampak dari apa yang sudah kita lukakan..
Sama halnya dalam pelayanan di gereja. Ada sebagian orang yang berpikir
bahwa semakin sering kamu pelayanan, semakin banyak waktu yang kamu habiskan di
gereja maka semakin kuduslah kamu..
Ga sedikit juga yang berpikir bahwa semakin rame acara ibadah yang
buat, semakin banyak jumlah anggota persekutuan, dan semakin banyak dan enak
konsumsi yang di sediakan adalah indikator “keberhasilan” suatu persekutuan.
Apakah memang seperti itu yang Tuhan mau??? Apakah memang seperti itu standart nya???
Coba kita lihat dan renungkan beberapa hal ini:
Tanggung Jawab Kita
Sebagian besar anggota pemuda khususnya di Kota Samarinda saat ini
adalah mahasiswa yang datang merantau dari kampung untuk kuliah. Itu adalah
tujuan utama mereka! Orang tua mereka memcari uang untuk membiaya hidup mereka
di kota untuk kuliah.
Tapi, karena pandangan-pandangan tadi yang menganggap bahwa kita harus
aktif terlibat di kegiatan-kegiatan gereja akhirnya membuat mereka tidak jarang
mengorbankan waktu mereka yang harusnya untuk belajar, mengerjakan tugas, dan lain-lain untuk mengikuti kegiatan
gereja seperti ibadah pemuda, ibadah umum, ibadah doa, komsel, latihan ini-itu,
dan serangkaian kegiatan lainnya.
Terus, kalo untuk mereka yang memang sudah asalnya dari Samarinda tapi
saat ini tinggal sama orang tua atau keluarga lainnya juga harus mengikuti
begitu banyak kegiatan-kegiatan tadi, bisa-bisa di usir dari rumah karna
terlalu sering keluar rumah.
Belum lagi karna ada kegiatan gereja, malah bikin kita ga pernah bantu
orang tua kerja di rumah, ga pernah bantu masak, cuci piring, nyapu, ngepel,
bahkan cuci pakaian sendiri aja ga sempat akhirnya dicuciin sama orang tua,
dll.
Kita jadi suka melupakan tanggung jawab kita sebagai seorang mahasiswa,
sebagai seorang anak di rumah, dan tanggung jawab lainnya.
Kehidupan Sosial Kita
Nahh, untuk point yang ini aku juga ga tau apakah kita semua
sependapat, tapi mari kita diskusikan sama-sama.
Kenapa aku membahas kehidupan sosial kita dalam kasus ini? Karena aku
melihat, mengalami, merasakan langsung hal ini.
Koq bisa? Padahal orang lain melihat aku ini pribadi yang mudah
bergaul. Ya bisa aja.. gimana aku mau punya kehidupan sosial yang luas kalo
waktu ku lebih banyak aku habiskan di kegiatan gereja, dengan teman-teman
gereja.
Setiap di ajak ketemu sama teman kampus, atau teman-teman yang lain
sering ga bisa karna jadwal ketemunya berbenturan sama kegiatan gereja.
Yaa, pada akhirnya semakin sadar kalo dunia sosial ku sangat sempit
karna pas ngecek daftar teman di bbm, di wa, di line yang ternyata cuma di isi
sama teman-teman di lingkungan gereja.. ini salah satu tanda bagi aku kalo
dunia ku sangat sempit.
Apakah kita memang harus sepanatik itu dengan gereja kita?
Karena kegiatan-kegiatan itu koq justru menarik kita dari dunia-dunia
kita yang lain. Keluarga kita, teman-teman kita, pekerjaan kita, dll.
Aku yakin Tuhan juga ga pengen kita seperti itu. Tuhan justru mintanya
kita ini jadi berkat buat orang lain, jadi teladan buat orang lain, bukan malah
jadi batu sandungan.
Pelayanan itu baik, itu adalah salah satu bentuk kita mensyukuri semua
berkat Tuhan, salah satu bentuk kita mempertanggungjawabkan karunia yang sudah
Tuhan kasih dengan melayani Tuhan.
Tuhan juga memang mengingatkan kita untuk tidak menjauhkan diri dari
persekutuan.
Tapi.. apakah pembagian porsinya sudah tepat?
Apakah keaktifan kita di persekutuan itu juga berjalan lurus dengan
kehidupan rohani kita secara pribadi?
Apakah kita sudah punya jam doa sendiri? Jam renungan yang memang kita
khususkan untuk Tuhan?
Atau jangan-jangan kita Cuma berdoa pas ibadah di gereja aja? Atau jangan-jangan
kita baca alkitab pas firman Tuhan di gereja aja?
Yuks, sama-sama kita melihat ke dalam diri kita, apakah kita sudah
hidup sesuai kehendak Tuhan atau hanya menjalani rutinitas gereja saja.. mari
berdoa dan minta Tuhan memberi hikmat kepada kita agar kita dapat membuat skala
prioritas kita dengan tepat.
Pelayanan itu baik, kegiatan gereja itu baik, persekutuan itu baik. Tapi
jangan sampai semua itu justru membuat kita melalaikan tanggung jawan kita yang
lain, melalaikan kehidupan rohani kita pribadi.
Tuhan tetap yang terutama, setelah itu keluarga, kemudian pekerjaan atau perkuliahan kita, baru kemudian pelayanan kita.
Tuhan tetap yang terutama, setelah itu keluarga, kemudian pekerjaan atau perkuliahan kita, baru kemudian pelayanan kita.
Jangan sampai orang lain tetap tersesat diluar sana, karna kita hanya
berfokus mengurung diri kita di dalam gereja. Jangan sampai orang lain melihat
bahwa orientasi kita hanya membahagiakan diri kita sendiri dan teman-teman di
gereja, tapi tidak memberikan kontribusi terhadap kemajuan bangsa, kemajuan
lingkungan kita, terlebih lagi kemajuan dalam penyebaran injil.
Jadikan persekutuan atau gereja sebagai tempat kita merecharge iman
kita, agar ketika kita keluar bertemu dengan orang yang tidak seiman, dengan
lingkungan yang tidak baik, dan hal buruk lainnya kita tetap kuat dan tidak
terpengaruh dan justru jauh lebih baik lagi kalo keberadaan kita di antara
mereka justru membawa berkat, menjadi cerminan kasih Tuhan Yesus. Sehingga,
orang lain juga bisa melihat bukti nyata dari kasih Tuhan melalui diri kita,
melalui kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar